Partner | KAENDRA Tour & MICE

Senin, 13 Juni 2011

PERBEDAAN ANTARA “ RASA DAN PERASAAN “



                Masih banyak orang yang salah kaprah didalam mengartikan perbedaan antara “ “rasa dan perasaan”. Serta, masih banyak yang menganggap, bahwa antara rasa dan perasaan itu sama. Padahal, perbedaannya amat sangat jauh sekali. Jika hal ini tidak diluruskan, akan berakibat fatal didalam mengendalikan keduanya. 

Menurut hemat saya, rasa merupakan tempat dari energi tunggal yang masih murni, serta belum tercampur oleh energi yang lainnya. Didalam istilah agama disebut “nafsu”. Adapun yang membuat kita senang, susah, menderita, marah dan sebagainya, bukan timbul karena rasa. Melainkan, karena adanya “perasaan”. Dan perasaan inilah, yang sesungguhnya membahayakan, serta yang membuat manusia bisa hidup bahagia atau penuh kesusahan.

            Sebagaimana lazimnya arti sebuah tempat, tentu akan ada keterbatasan, terhadap isi yang akan dimasukkan kedalamnya. Begitu pula terhadap tempat yang disebut rasa. Jika energi murni sudah memenuhi tempat rasa, maka energi tadi harus dijaga, jangan sampai goyang, atau tumpah dari tempat asalnya. Kalau sampai tumpah, maka energi tumpahan inilah yang dikatakan “perasaan”. Berpindahnya tempat tumpahan, dari wadah asal ketempat yang baru, akan merubah karakter dari energi semula.
Perubahan ini dikarenakan karakter energi murni masih berbentuk non empirik, dan universal. Sebegitu pindah tempat, maka karakternya akan berubah mengikuti karakter baru, sesuai dengan karakter dari tempat yang didiami. Atau, bisa menjadi senyawa baru, seperti halnya unsur Air, adalah merupakan persenyawaan dari H-H dan O, maka dikatakan air( H20). Yang merupakan senyawa dari 2 atom hidrogen dan 1atom oksigen.

            Jika ditinjau dari lokus perpindahan energi, didalam diri manusia ada 4 bentuk yang merupakan unsur, yakni:  unsur air, unsur api, unsur udara, dan unsur tanah, yang akan membentuk energi lain sebagai berikut :
·         Jika energi meluap, yang semula ada didalam rasa, lalu pindah tempat menuju unsur air; maka energi yang dihasilkan, adalah segala hal yang ada hubungannya dengan unsur air
·         Jika energi meluap, masuk kedalam unsur api, maka energi yang dihasilkan, adalah segala hal yang hubungannya dengan unsur api ;


·         Jika energi meluap, masuk kedalam unsur udara, energi yang dihasilkan, adalah segala hal yang hubungannya dengan unsur udara;

·         Jika energi meluap, masuk kedalam unsur tanah, maka energinya juga berhubungan dengan unsur tanah.

 Jadi, seluruh energi meluap seperti diatas, inilah yang sesungguhnya dikatakan “perasaan”. Adapun besar dan kecilnya perasaan yang timbul, tergantung terhadap seberapa besar muatan energi yang tumpah memenuhi tempat yang baru. Oleh karena itu, jika energi yang tumpah tidak diukur, dan tidak diketahui berapa jumlahnya, kearah mana harus ditumpahkan, maka akan berakibat fatal. Sama halnya kita naik mobil, tetapi tidak mengetahui, berapa banyak jumlah bahan bakarnya, berapa kilometer jarak perjalanan yang akan ditempuh, dan untuk apa perjalanan itu, lama kelamaan kita selaku pengemudi tentu akan susah dijalan.  Begitu pula terhadap energi murni yang ada didalam rasa. Sehingga, kenapa didalam beberapa tulisan saya terdahulu, selalu saya ingatkan, bahwa kita harus mempunyai program didalam perjalanan hidup didunia ini. Khususnya, didalam mengendarai kendaraan “rasa atau nafsu”. Disamping super cepat, multi guna, juga unversal, serta amat membahayakan bagi para pengemudinya. Jadi, membutuhkan kesadaran cukup tinggi, jika akan memindahkan energi yang ada didalam rasa, menuju tempat lain, yang akhirnya menimbulkan perasaan. Apabila sudah terlatih didalam memindahkan energi yang ada didalam rasa, tentu kita akan bisa mempunyai kekuatan yang hebat. Seperti adanya mukjijat para Nabi, kesaktian yang dimiliki para wali, dan lain-lain, yang semua itu karena sudah bisa mengendalikan energi tadi. Apalagi, bila energi tadi dimasukkan kedalam 4 tempat sekaligus, dengan komposisi tertentu. Tentu  orang tersebut akan bisa menghilang, bisa terbang, bisa mengeluarkan kekuatan seperti bom atom, dan lain-lain. Namun, didalam kenyataannya, jika seseorang sudah sampai tingkatan kedalaman seperti itu, tidak pernah mau mempergunakannya, kecuali kalau sudah amat sangat terpaksa. Sebab, untuk mengisi energi murni kedalam rasa seperti asalnya, sangat lama sekali. Terlebih lagi pada jaman modern ini, untuk apa mendapat kesaktian, jika akhirnya tidak dipergunakan sama sekali. Terkecuali bagi mereka yang memang ada kecenderungan untuk berbuat negatif.

Selanjutnya, untuk melatih agar energi murni tidak tumpah tanpa disadari, lalu menjadi perasaan, ada kiat khusus untuk dicoba sebagaimana berikut :
1.      Langkah awal; dengan menonton cerita sinetron di televisi. Berlatihlah untuk tidak terpengaruh, jika ada hal-hal yang tidak disukai terhadap salah satu pemain watak. Berusaha untuk tidak menangis, tidak sedih, tidak marah dan lain-lain ;

2.      Langkah selanjutnya ; dengan memperhatikan rekan dekat yang sedang bertengkar, sedang bersedih, sedang marah, sedang stress, dan lain-lain. Kemudian, perhatikan wajahnya, serta bandingkan perubahan wajahnya, dengan sebelum terjadinya peristiwa itu. Apa yang didapat? Apakah wajahnya lucu, tambah cantik, ataukah tambah jelek? Yang jelas, pasti ada perubahan. Dan perasaan kita jangan ikut terhanyut. Yang saya alami, disaat orang marah, bisa saja saya ingin ketawa, disaat melihat orang sedih, orang tersebut kelihatannya menakutkan, atau malah tambah cantik, tampan dan lain-lain ;

3.      Cobalah, disaat kita mengalami sendiri suatu peristiwa, dimana kita sebagai pelaku, untuk tidak terhanyut akan peristiwa itu. Caranya, adalah dengan selalu berpikir, kenapa peristiwa itu terjadi. Baik peristiwa yang membuat kita bahagia, maupun peristiwa yang membuat kita mendapat musibah. Dengan begitu, maka energi yang ada didalam bentuk “rasa”, tidak akan tumpah, walaupun mungkin akan ada keguncangan.

4.      Langkah terakhir ;  Senantiasa menjadi subyek terhadap segala apa yang dibaca, yang nampak, dan yang didengar maupun yang dirasakan ;

            Ringkasnya, jika kita tidak ingin merasakan apapun, baik bahagia maupun susah, jangan tumpahkan energi kedalam 4 tempat yang tersebut diatas. Sehingga tidak akan menimbulkan perasaan. Jika kita memang ingin berbuat sesuatu, harus penuh kesadaran, bahwa rasa “ ingin”, merupakan kehendak untuk memindahkan energi, keluar dari wadah aslinya, sehingga pasti akan menimbulkan perasaan. Begitu muncul perasaan, akan pula muncul energi, yang keluar dari raga mencari energi pelengkap diluar tubuh. Serta, akan membentuk variabel, menuju apa yang jadi kehendak. Adapun berhasil atau tidak, kehendak tersebut,  akan tergantung kepada seberapa besar energi yang keluar, seberapa tepat energi yang dibutuhkan, serta seberapa lama energi itu akan dipakai. Sehingga, apabila salah didalam menempatkan energi, maka akan menimbulkan kegagalan, serta energi yang telah keluar, akan berbalik kepada diri kita sendiri. Dan inilah yang dikatakan energi arus balik, atau munculnya perasaan negatif.


Demikian, dan semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar